Minggu, 09 Oktober 2016

PUASA HARI TASU`A DAN `ASYURA





 Dalam muhadharah-nya yang tenang dan hangat pada pagi hari tadi (9/10) al-Ustadz Ali al-Haddad salah satu dosen di Universitas Al-Ahgaff – Tarim – Yaman, dalam kaitannya menjelang hari Tasu`a dan `Asyura mengatakan: "Memberikan kelonggaran pada keluarga dan berpuasa pada hari `Asyura adalah dua hal yang tsabit (dari Rasulullah SAW) adapun perkara-perkara lain (yang dikatakan sunnah dilakukan pada hari tersebut) tidaklah tsabit, yang sebagian ulama menyebutkan jumlahnya sampai 10 perkara."
 Dari sini al-faqir tertarik untuk mencari tahu lebih banyak lagi tentang dua perkara tersebut, tujuannya agar apa yang penulis dapatkan di ruang kelas itu, tidak hanya berhenti pada diri al-faqir tapi juga dapat tersampaikan manfaatnya kepada pembaca secara umum.
 Adapun hari `Asyura sendiri adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram pada hari tersebutlah Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimasholaatu wassalaam beserta para pengikutnya dari Bani Israel diselamatkan oleh Allah SWT dari kejaran Fir`aun dan bala tentaranya sebagai mana firman Allah ta`ala:
قال تعالى: ﴿وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ﴾ [49] وقال تعالى: ﴿وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آَلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ﴾ [50]. (سورة البقرة)
Artinya: "(49) Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari tuhanmu. (50) Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dam Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan".
 Maka karna penyelamatan Allah ta`ala tersebutlah Nabi Musa As dan para pengikutnya dari Bani Isra`el menunjukan rasa syukurnya dengan berpuasa pada hari tersebut, hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
وَحَدَّثَنِى ابْنُ أَبِى عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Artinya: Ibnu Abbas Ra berkata: "Ketika Nabi SAW tiba di Madinah,beliau dapati orang-orang Yahudi berpuasa hari `Asyura. Maka Raulullah SAW bertanya kepada mereka: "hari apa ini yang kalian berpuasa di dalamnya?". Mereka menjawab,"Ini adalah hari yang besar. Telah Allah ta`ala selamatkan pada hari ini Nabi Musa As dan kamunya serta Allah ta`ala tenggelamkan Fir`aun dan pengikutnya, maka Nabi Musa As berpuasa pada hari tersebut (sebagai bentuk) rasa syukur, maka kami pun berpuasa pada hari itu. Maka bersada Rasulullah SAW "Kami lebih berhak terhadap Musa dibanding kalian". lalu berpuasa Rasulullah SAW pada hari tersebut dan memerintahkan untuk berpuasa di dalamnya". (HR.Muslim, bab: shaum yaum `Asyura)
Terlihat jelas dari Hadist di atas bahwa Rasulullah SAW telah melegitimasi puasa `Asyura yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Madinah (khaibar) dengan alasan bahwa Rasulullah SAW dan kaum muslim lebih berhak terhadap apa yang dilakukan oleh Nabi Musa AS ketimbang kaum Yahudi sendiri yang telah menghianati ajaran Nabi Musa AS, tidak beriman pada Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Namun dalam pelaksanaannya Rasulullah SAW ingin berbeda dari apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi. Maka Rasulullah SAW berkeinginan agar dapat berpuasa juga pada hari sebelumnya yang kita kenal dengan hari `Asyura pada tahun selanjutnya, namun sayangnya beliau telah terlebih dahulu Allah ta`ala panggil keharibaan-Nya. Hal ini sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
وَحَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ الْحُلْوَانِىُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى مَرْيَمَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِى إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا غَطَفَانَ بْنَ طَرِيفٍ الْمُرِّىَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - يَقُولُ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم
Artinya: Abdullah bin Abbas Ra berkata: " ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari `Asyura dan menyuruh (umat muslim/para sahabat) untuk berpuasa. Para sahabat berkata: " wahai Rasulallah sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Maka bersabda Rasulallah SAW," bila sampai pada tahun mendatang – Insya Allah- maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tasu`a). (HR.Muslim, bab: shaum yaum `Asyura)
Maka jelaslah bahwa berpuasa pada hari Tasu`a dan `Asyura adalah tsabit datangnya dari Rasulullah SAW. Meskipun ada sebagian ulama yang mengatakan disunnahkan juga puasa setelahnya yaitu pada tanggal 11 Muharram, dengan bersandar pada Hadist Ibnu Abbas Ra:
أخبرنا أبو سعد الماليني ، أخبرنا أبو أحمد بن عدي الحافظ ، أخبرنا علي بن إسماعيل الشعيري ، حدثنا منصور بن أبي مزاحم ، حدثنا هشيم ، عن ابن أبي ليلى ، عن داود بن علي ، عن أبيه ، عن جده ابن عباس ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « صوموا يوم عاشوراء ، وخالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما وبعده يوما
Artinya: "Berpuasalah kalian pada hari `Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau setelahnya satu hari. (diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya syu`abul iman)"
Sayangnya, Hadist ini bila ditinjau dari sanad-nya adalah dha`if, namun bukan berarti orang yang ingin berpuasa pada tanggal 11 Muharram itu terlarang, karna bagaimanapun ini masih berada dalam naungan ashl `aam yang tsabit yaitu kesunnahan berpuasa pada bulan muharram secara umum. Alasan lain juga adalah untuk menghilangkan keragu-raguan akan bertepatan atau tidaknya hari `Asyura yang kita puasai tersebut . karna bisa saja penentuan awal muharram tidak tepat sehingga hari `Asyura pun ikut melenceng dari yang seharusnya. Maka hasilnya bolehlah berpuasa tiga hari dimulai dari tanggal 9, 10 dan 11 muharram.
Adapun perkara kedua yang disunnahkan dilakukan pada hari `Asyura adalah memberikan kelonggaran (baca: menyenangkan hati) keluarga kita pada hari tersebut. Hal ini bersandar pada Hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya syu`abul iman:
أخبرنا أبو سعد الماليني ، أخبرنا أبو أحمد بن عدي ، حدثنا الحسن بن علي الأهوازي ، حدثنا معمر بن سهل ، حدثنا حجاج بن نصير ، حدثنا محمد بن ذكوان ، عن يعلى بن حكيم ، عن سليمان بن أبي عبد الله ، عن أبي هريرة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال : « من وسع على عياله وأهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته » . « هذه الأسانيد وإن كانت ضعيفة فهي إذا ضم بعضها إلى بعض أخذت قوة ، والله أعلم »
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: " Barang siapa melonggarkan (menyenangkan hati) keluarganya pada hari `Asyura  maka akan Allah longgarkan baginya sisa harinya dalam setahun.
Dan hadist semisal ini diriwayatkan dengan jalur yang banyak baik yang disebutkan dalam kita syu`abul iman sendiri atau di tempat-tempat yang lain, jadi meskipun derajat awalnya adalah dhaif namun dengan gabungan jalur sanad yang banyak tersebut, meningkatlah derajatnya menjadi hasan li ghairih. Hadist hasan dalam berhujjah sama penggunaanya dengan hadist shahih, walaupun dalam segi kekuatan masih terletak di bawahnya. Intinya masih bisa kita beramal dengan hadist tersebut.
Adapun perkara-perkara lain yang dianjurkan untuk dilakukan pada hari `Asyura selain dari keduanya itu adalah tidak tsabit (datangnya dari Rasulullah SAW) sebagaimana yang dikatakan oleh al-Ustadz Ali al-Haddad di atas, semisal iktihal atau bercelak pada hari tersebut . itu karna hadistnya berderajat dha`if dan tidak memiliki "teman" yang menguatkan. Seperti hadist:
أخبرناه أبو عبد الله الحافظ ، قال : أخبرني عبد العزيز بن محمد بن إسحاق ، حدثنا علي بن محمد الوراق ، حدثنا الحسين بن بشر ، حدثنا محمد بن الصلت ، حدثنا جويبر ، عن الضحاك ، عن ابن عباس ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من اكتحل بالإثمد يوم عاشوراء لم يرمد أبدا »
Artinya: "Barang siapa yang bercelak dengan istmid pada hari `Asyura maka ia tidak akan sakit mata selamanya".
Imam Baihaqi sendiri mengomentari hadist ini dengan perkataannya:
« وأما الاكتحال يوم عاشوراء فإنما روي في ذلك بإسناد ضعيف بمرة »
Artinya: " Adapun (hadist) bercelak di hari `Asyura sesungguhnya hadist itu diriwayatkan dengan sanad yang sangat dha`if.
Beliau juga mengatakan:
لم أر ذلك في رواية غيره
"Tidak aku lihat (dapati) yang seperti itu dalam riwayat yang lain".
Mungkin cukup sampai di sini tulisan yang amat sederhana ini berakhir, semoga dapat bermanfaat bagi al-faqir sendiri juga bagi pembaca sekalian, maka "mari esok kita berpuasa" . wallahu muwaafiq ila aqwam ath-Thariq wassalaamualaikum.Wr.Wb
- Oleh: Qism Tarbiyyah Li Ad-Duf’ah ‘isyrin (Serdadu Ahgaff). (red/Daniel Fatahillah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar