Tarim: Kota Ilmu, Amal dan Dakwah
Tarim: Kota Ilmu, Amal dan Dakwah
Oleh: Zainul
Arifin Ahmad
“Sebuah kota
adalah cerminan penduduknya”.
Tarim, dari
sisi geografis terletak di lembah yang dikelilingi pegunungan batu. Luas kota ini
hampir 2,325 km2. Ia memiliki dua musim yang berjalan dalam setahun,
musim panas dan dingin. Pribumi penduduknya didominasi oleh orang–orang
berkulit sawo matang, dengan postur tubuh rata 160 cm. Bangunan kotanya
memiliki bentuk khusus, terbuat dari tanah liat dengan warna cokelat yang
menutupi sisi luar tembok. Air yang melimpah membuat beberapa titik kota dihiasi
kolam renang. Suasana masyarakat desa sangat terasa, dengan terlihat para
penggembala yang masih mengembalakan hewan gembalaanya menuju padang ilalang.
Seperti kaidah
di atas, sejarah purnama-purnama di tengah gemerlap bintang malam ialah awal
dari dikenalnya kota ini. Panji-panji kebenaran tertinggi din al-Islam yang
menjadi dasar hidup dan impian para leluhur, membuat kokoh bangunan keagamaan milik
masyarakat madani kota ini. Hingga tak heran gelar sebagai ibukota peradabaan
Islam sempat tersematkan pada kota ini yang dianugerahkan oleh ISIESCO di tahun
2010 M.
Di dalam buku Tarim
bainal Madli wal Hadir, dikatakan bahwa kota ini sudah dikenal semenjak era
sebelum Islam sebagai kota perdagangan, tepatnya pada abad 4 SM. Saat itu
peradaban negeri Saba runtuh dan digantikan oleh peradaban Himyariah. Tarim saat
itu adalah nama yang diambil dari nama penguasanya, Tarim bin Hadhramaut bin
Saba al-Ashghar. Sehingga pada saat fajar Islam datang, diutuslah seorang utusan
dari kota ini yang dipimpin oleh Al-Asy'ats bin Qays al-Hindy untuk memahami
wahyu ilahi di Madinah. Watak keluhuran budi pekerti yang menempel pada mereka membuat
Rasulullah Saw. mengucapkan pujianya terhadap mereka, “Amanah itu berada di Azd
dan Hadramaut. Maka, mintalah pertolongan pada mereka”. (Musnad Abu Qilabah).
Riwayat yang
masyhur juga mengatakan bahwa sahabat Abu Bakar Ra. Tak mau ketinggalan juga
untuk mendoakan kebaikan kota seribu wali ini setelah menyaksikan ketaatan
penduduknya. Doa sahabat Abu Bakar Ra. seketika masuk ke ruang tanpa waktu, tak
berselang lama purnama– purnama itu bermunculan. Sebutlah saja nama-nama: Imam
al-Faqih al-Muqaddam, Habib Abdurrahman As-Seggaf, Imam Al-Haddad, Imam Umar al-Muhdhor
dll.—rahimahumullah.
Cahaya yang
mereka bawa mulai memasuki lorong gelap kota ini. Guna mengawal perjuangan,
dibutuhkanlah masjid, zawaya dan madrasah sebagai pusat pengajian keilmuan.
Disebutkan dalam buku Tarim 'Ashimatu Ats-Saqafah Al-Islamiyah oleh ahli
sejarah Umar bin Alawy al-Kaff pada tahun 1407 H bawa, jumlah masjid yang
berdiri telah mencapai 119 buah. Ini merupakan jumlah besar yang membuktikan
akan kuatnya prinsip keagamaan masyarakat kota Tarim. Bukti lain akan
keseriusan para leluhur dalam memperjuangkan tegaknya agama Islam ialah
terukirnya tinta para purnama yang tak sedikit telah memenuhi perbendaharaan
keilmuan Islam di muka bumi ini. Muqaddimah Hadramiah, Risalah Muawanah,
Nashaihud Diniyah, Safinatun Najah, Qamus Muhith dan masih lebih banyak
lagi.
Keilmuan tinggi
tanpa amal yang imbang membuat hakikat ilmu menjadi tandus. Api yang menyala
tanpa ada rasa hangat yang ditimbulkanya pun, tidaklah banyak guna. Tanggung
jawab di dalam menjalankan hidup yang dirasakan oleh mereka membuat hidup zuhud,
wara', al-amal bil ilmi dan tawakkal. Itulah prinsip yang harus terus
ditanamkan sehingga tumbuh kokoh pada masanya. Buah itulah yang terasa hingga
sampai penjuru dunia. Tak heran berbondong–bondong kawanan thalibul ilmi
dari penjuru negeri tertarik untuk mendatangi kota ini dan menimba ilmu di
dalamnya. Adat masyarakat yang menggambarkan akan bentuk pengamalan ilmu,
sangat sering dijumpai di beberapa pemandangan kota.
“Syawari'u
Tarim Syaikhu Man la Syaikha lah. Jalan-jalan Tarim adalah guru yang tak
punya guru”. Kalimat legendaris yang selalu terdengung di telinga para
penduduk asing negeri ini cukuplah menjadi sandaran akan fakta keilmuan yang
disertai amal benar-benar nyata tumbuh di kota ini.
Wali Songo?
Kenalkah kita siapa mereka? Dari mana mereka berasal? Kakek Wali Songo
dimakamkan di kota ini. Negara Indonesia dengan warga muslim terbesar di dunia,
telah mengakui akan keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh dai-dai Hadhramaut
dalam menyebarkan Islam. Terbukti ajaran agama Islam masuk ke dalam Indonesia
tanpa pertumpahan darah, perseteruan, saling membenci dan kecintaan terhadap
dunia. Islam mengalir begitu saja ke dalam relung
jiwa yang memang haus akan sifat fitri setiap umat manusia, mengenal dan
kembali kepada penciptanya. Dakwah yang menjadi salah satu pilar penyangga
agama adalah hal yang erat dipegang oleh para penduduk kota ini. Terlihat dari
interaksi sosial masyarakat secara umum terhadap anggota masyarakat lain yang
begitu kental dengan ajaran keagamaan. Salam, tegur sapa dan canda adalah bumbu
renyah yang sering ditemui, bahkan warga asing, di mana saja dan kapan saja di
kota ini.
Teduh, tentram,
ialah kalimat terakhir yang bisa diambil dari kesan sesiapapun yang datang ke
kota ini. Apalagi spiritualitas penduduknya, cukuplah mampu menjadi alat
peredam kebisingan hiruk-pikuk perang yang sedang melanda negeri Yaman
masa-masa ini.
*Tulisan ini
telah dimuat dalam majalah an-Nadwa PPI Hadhramaut-Yaman
Izin simpan fotonya 🙏
BalasHapusIzin simpan fotonya🙏🏻 Syukron
BalasHapusIzin Save fotonya, jk tdk boleh, kabarin, Terima kasih.
BalasHapusMinta Rela
HapusIzin Save fotonya, jk tdk boleh, kabarin, Terima kasih.
BalasHapusIzin save fotonya🙏😂
BalasHapusizin menggunakan fotonya
BalasHapusIzin save foto
BalasHapusCasino | Dr.MCD
BalasHapusWe love the 안동 출장마사지 slots, roulette and blackjack, 창원 출장안마 but there is one thing we know 전주 출장마사지 and love that the 인천광역 출장안마 most With 동해 출장샵 over 20 years' experience, this casino is an absolute must have